Sunday, December 6, 2009

PERSELISIHAN & PENDAMAIAN

PERSELISIHAN & PENDAMAIAN

Oleh : Wan Ahmad

Allah swt telah menegaskan bahwa orang-orang yang beriman adalah bersaudara dan persaudaraan itu di asaskan di atas dasar iman sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an :

"Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka oleh itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat". (QS Al Hujuraat : 10)

Di dalam kehidupan bersaudara ini, Rasulullah saw memperdalamkan lagi penjelasan agar seorang mukmin dengan orang mukmin yang lain boleh bekerjasama dan saling memberi dan mengisi.

Bahkan beliau mengibaratkan kesatuan orang-orang mukmin secara idealnya menyerupai satu tubuh, sebagaimana sabda beliau;

"Perumpamaan kaum mukminin dalam berkasih-sayang dan saling mencintai, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh merasa demam dan tidak boleh tidur."

Namun jika kita memperhatikan realiti umat Islam hari ini, idealisma yang digambarkan oleh Al-Qur'an dan Hadist tersebut ternyata jauh panggang dari api bahkan mungkin sukar untuk direalisasikan.

Bahkan yang berlaku adalah sebaliknya, iaitu di antara umat Islam, timbul berbagai perselisihan dan perpecahan.

Tentulah perkara ini menjadi sebuah fenomena yang cukup memperihatinkan kerana di satu sisi, umat Islam ketika ini perlu berhadapan dengan berbagai masalah kehidupan, namun di sisi lain, mereka berpecah-belah dan bercera-berai.

Akibat secara langsungnya tentulah menjadikan umat Islam tidak efektif dalam usahanya untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan ini dan semakin tidak berdayanya usaha untuk memajukan umat ini.

Mengingatkan perintah Allah agar kita bersaudara sesama kita di samping sentiasa memperbaiki tahap persaudaraan itu, maka selayaknya setiap mukmin memperhatikan persoalannya dalam isu persaudaraan ini.

Mengapa umat Islam kini berpecah belah, lalu apakah langkah-langkah untuk menghadapi situasi yang cukup kritikal ini.

Al-Qur'an ketika menyebutkan bahwa kaum mukminin bersaudara dan memerintahkan untuk memperbaikinya telah pula memberikan resipi untuk usaha ke arah itu.

Dalam surah Al Hujuraat, Allah swt memaparkan 7 cara bagi kita untuk mengelakkan virus-virus penyakit dari menggigit ukhuwah yang boleh menghancurkan saf ukhuwah yang telah dibina.

1. "Tabayyun"

"Tabayyun" bererti mencari kejelasan informasi dan mencari bukti kebenaran informasi yang diterima.

Allah swt berfirman :

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS Al-Hujuraat : 6)

"Tabayyun" memiliki nilai tersendiri untuk menghindarkan dari segala tindakan di atas dasar prasangka. Prasangka boleh jadi benar dan boleh pula salah.

Jika ketepatan sebuah prasangka itu salah, sementara seseorang sudah bertindak, maka tindakan itu tidak mampu untuk dihapuskan selama-lamanya.

Untuk itulah, jika ada berita dari seseorang yang fasik, yang keperibadiannya meragukan, maka perlu diperiksa dan dinilai berulang kali agar kelak tidak menyesal dengan keputusan yang diambil.

2. Tidak memperolok-olokkan orang atau kelompok lain.

Firman Allah swt :

"Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan) ." (QS Al Hujuraat :11)

Ketika ini terdapat banyak kelompok atau organisasi dakwah. Perlu kita sedari bahwa di antara kelompok-kelompok dakwah tersebut terdapat perbezaan samada yang prinsip mahupun yang bukan prinsip. Perbezaan dalam menentukan sasaran tertinggi termasuk dalam masalah prinsip.

Keadaan ini akan menarik kepada suasana persaingan yang kadang-kadang bentuknya tidak sihat. Persaingan ini akan semakin tidak sihat dengan timbulnya elemen-elemen yang mudah untuk melontarkan ungkapan-ungkapan yang bernada cemohan dan cercaan antara mereka.

Dr Yusuf Al Qardhawi menyebutkan dalam salah satu tulisannya bahwa berhimpunnya kelompok-kelompok dakwah dan harakah yang ada di bumi sekarang ini adalah suatu mimpi indah. Maka kesatuan "wala'" (kesetiaan) dan tumbuhnya suasana bekerjasama dalam menghadapi konspirasi para thaghut adalah sesuatu yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.

Secara realitinya, walaupun keadaan ini belum benar-benar dapat diwujudkan disebabkan ada beberapa perkara yang belum boleh kita lakukan, namun tidak mampukah kita sekadar meninggalkan tradisi memperolokkan- olokkan sesama kita dan perasaan "aku lebih baik daripadanya" seperti yang dinyatakan oleh iblis???

3. Tidak mencela orang lain.

Ini ditegaskan oleh Allah swt dengan firman-Nya:

"Dan janganlah kamu mencela diri sendiri".

Di dalam ayat ini, mencela sesama muslim dianggap sebagai mencela diri sendiri kerana pada hakikatnya kaum muslimin dianggap sebagai satu kesatuan. Apalagi jika celaan itu adalah berkait dengan masalah status dan ukuran kebendaan.

Allah swt sendiri menyuruh Rasulullah saw dan orang-orang yang mengikutinya untuk bersabar atas segala kekurangan orang-orang mukmin.

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru tuhannya di waktu pagi dan petang hari dengan mengharap keridhaanNya. " (QS Al-Kahfi : 28)

4. Meninggalkan panggilan dengan sebutan-sebutan yang tidak baik terhadap sesama muslim.

Ini berdasarkan firman Allah swt :

"Dan janganlah kamu saling memanggil dengan sebutan-sebutan (yang buruk)." (QS Al-Hujuraat : 11)

Sebutan yang tidak baik akan menyebabkan orang yang disebut itu terhiris hatinya. Jika hati sudah terhiris, maka persaudaraan pasti akan retak. Oleh kerana itulah penyebutan nama atau pelabelan seseorang dengan nama yang tidak baik akan merosakkan persaudaraan.

Gelaran dalam bentuk yang paling parah adalah berupa pengkafiran terhadap orang yang beriman. Dalam kenyataan dewasa ini, masih sahaja wujud orang atau kelompok yang dengan begitu mudahnya menuduh kafir kepada orang yang tidak tertarik untuk masuk ke dalam kelompok mereka.

Sama juga dalam pengertian ini adalah pemberian gelaran-gelaran yang buruk kepada sesama kaum muslimin seperti penamaan gelaran Wahabi, Khawarij, teroris, fundamentalis dan berbagai sebutan yang bernada negatif adalah termasuk ke dalam makna ayat ini.

5. Menjauhi Prasangka

Allah swt berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, kerana sebahagian prasangka itu dosa." (QS Al-Hujuraat :12)

Pada dasarnya seorang muslim mesti berbaik sangka terhadap sesama muslim yang lain.

Dalam setiap permasalahan dengan sesama muslim, hendaklah menghadapinya dengan sangkaan yang positif dan ketika adanya bukti yang jelas tentang kesalahan tersebut barulah seseorang itu boleh mengambil sikap.

Namun sebaliknya, kepada orang kafir dan musuh Islam, kaum muslimin mesti menaruh rasa curiga apabila mereka bermanis muka dan berbudi.
Allah swt sendiri menegaskan :

"Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta-harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah." (QS Al-Anfal : 36)

Buruk sangka adalah salah satu cara syaitan mencerai-beraikan Bani Adam.

Dalam sebuah hadits dari Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai, dia bercerita :

"Rasulullah saw pernah i'tikaf di masjid, lalu aku datang menjenguk beliau pada suatu malam untuk berbincang-bincang dengan beliau. (Setelah selesai) aku pun bangkit untuk kembali dan beliau pun bangkit bersamaku untuk menemani. Ketika itu lewatlah dua orang laki-laki Anshor ra. Tatkala mereka melihat Rasulullah saw, mereka pun mempercepatkan langkahnya. Rasulullah saw pun berseru : "Perlahanlah! Wanita ini adalah Shafiyah!" Dua orang itu pun berkata : "Subhanallah, ya Rasulullah!" Maka Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya syaitan menjalar pada diri Adam pada aliran darah dan sungguh aku khuatir syaitan akan melemparkan kejahatan pada hati kamu berdua (ketika melihat aku) lalu terucaplah sesuatu." (HR Bukhari)

6. Tidak mencari-cari kesalahan dan aurat orang lain.

Perbuatan ini amat dicela oleh Islam. Allah swt amat suka bila kita berusaha menutup aib saudara kita sendiri.

Firman Allah swt :

" Dan janganlah kamu sekelian mencari-cari kesalahan (dan aurat) orang lain." (QS Al-Hujurat : 12)

Demikianlah di dalam Islam, Allah mengajarkan agar umat islam tidak suka mengintai-ngintai saudaranya.

Tersebut sebuah kisah di kalangan sahabat di mana seseorang menemui Abdullah bin Masud dan berkata, "Itu Walid bin Uqbah dan dari janggutnya menitis khamar." Ibnu Masud berkata, "Kita dilarang ber'tajassus' . Jika memang nampak jelas suatu kemaksiatan, barulah kita mengambil sikap."

Adalah jelas di kalangan para sahabat, bagi tujuan kepentingan masyarakat Islam, mereka sanggup meninggalkan perbuatan mengintai-ngintai.

Namun yang berlaku dewasa ini, ramai orang yang mengaku Islam dengan berlindung di sebalik penelitian ilmiah lalu mengamati dan menilai orang atau kelompok lain dan akhir kesudahannya adalah semata-mata bertujuan merendah-rendahkan dan mengurangkan keyakinan masyarakat kepada orang atau kelompok tersebut.

Semua tindakan tersebut adalah dilarang dan hanya akan merosakkan ukhuwah atau persaudaraan.

7. Menjauhi "ghibah" atau mengumpat.

Allah swt menegaskan :

"Dan janganlah kamu sekelian mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?…"

Definasi "ghibah", sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah swt adalah :

"Ghibah itu kamu menyebut saudaramu tentang apa-apa yang dia tidak suka. Mereka bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika yang ada pada saudaraku itu seperti yang aku katakan?, Rasulullah menjawab, Jika padanya seperti yang kamu sebutkan, itulah yang dinamakan "ghibah". Dan jika tidak ada padanya maka bererti kamu telah menuduhnya." (HR Muslim)

Dari riwayat hadits di atas, kita boleh membuat kesimpulan bahwa ketika seseorang menceritakan keburukan orang lain, maka ada dua kemungkinan yang berlaku :

Pertama, jika yang diceritakannya benar-benar berlaku maka itulah "ghibah".

Kedua, jika yang diceritakannya itu tidak berlaku bererti ia telah memfitnah orang lain.

Begitu besarnya dosa mengumpat, sehingga Allah swt menyamakan orang yang melakukannya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.

Meskipun Al-Qur'an sudah menjelaskan betapa besarnya dosa mengumpat, namun kita lihat banyak program televisyen yang berasaskan "gossip" atau mengumpat di samping majalah-majalah picisan kini amat diminati oleh masyarakat.

Jika sekadar menggambarkan peribadi seseorang sahaja itupun sudah mendapat teguran keras daripada Rasulullah saw, lalu bagaimana dengan menyebutkan sesuatu yang lebih buruk dari itu?

Alangkah hinanya gambaran mereka-mereka yang terlibat dengan aktiviti "ghibah"atau mengumpat ini.

Ya Allah, berilah kekuatan iman kepada kami untuk kami memperkukuhkan ukhuwah di kalangan umat Islam dan menjadikan usaha pengislahan sesama kami sebagai jalan penyelesaian kepada keutuhan ukhuwah. Mudahkanlah kami dalam mencerna dan melaksanakan tujuh cara yang Engkau telah tetapkan dalam Al-Qur'an bagi mengelakkan ukhuwah dari dirobek-robekkan serta menjadikan ukhuwah teras kegemilangan umat Islam.

2 comments:

Maiyah said...

kalau takde perselisihan akan mendamaikan namun andai tiada pendamaian kita tidak akan nampak kesilapan di mana.. peekongsian yg menarik.. makasih

hentian said...

bukan senang nak menjadi manusia sebaik itu...