Sunday, August 8, 2010

Belajar dalam Madrasah Ramadhan


Allama Muhammad Iqbal pernah berkisah tentang dirinya, ayahnya dan al-Qur’an. “Saya biasa membaca al-Qur’an selepas shalat subuh. Dan ayah, selalu mengawasi,” tuturnya.

Tidak saja mengawasi, sang ayah juga bertanya. “Apa yang kamu lakukan?” tanya sang ayah. Padahal jelas-jelas sang ayah melihat anaknya sedang mengaji.

“Aku menjawabnya, sedang membaca al-Qur’an,” kenang Muhammad Iqbal. Pertanyaan itu diulang-ulang oleh sang ayah setiap pagi, selepas subuh, selama tiga tahun penuh. Jawaban yang diberikan juga sama, setiap pagi, selepas subuh, setahun penuh, Muhammad Iqbal menjawab sedang mengaji al-Qur’an.

Lalu, suatu hari Muhammad Iqbal memberanikan diri bertanya kepada sang ayah. “Mengapa ayah selalu menanyakan pertanyaan yang sama, padahal jawaban saya juga selalu sama?”

“Nak, bacalah al-Qur’an itu seolah-olah diturunkan langsung kepadamu.” Dan sejak saat itu, Muhammad Iqbal mengetahui apa pesan di balik pertanyaan ayahnya. Sejak saat itu pula, Muhammad Iqbal senantiasa membangun atmosfir di dalam dirinya, seolah-olah al-Qur’an itu turun langsung untuknya.

Muhammad Iqbal tidak saja membaca, tapi juga mencoba mengerti. Tidak saja mampu mengerti, tapi juga memahami. Tidak sebatas memahami, tapi juga mengejawantah. Tidak saja mengejawantah, tapi juga mencoba untuk menyampaikan kembali isi al-Qur’an seperti yang dipahaminya.

Maka hari ini kita mengenang nama Muhammad Iqbal sebagai salah satu tokoh besar dalam dunia Islam. Bahkan beberapa kalangan menyebutnya sebagai salah satu mujaddid atau pembaharu dalam sejarah Islam. Muhammad Iqbal pantas dan layak menjadi besar, sebab yang ia baca, mengerti, pahami, serta ejawantah dan yang ia sampaikan adalah hal yang sangat besar: al-Qur’an.

Dan lebih dari segalanya, ia mampu membangun sesuatu yang sangat besar: perasaan bahwa al-Qur’an diturunkan langsung untuk dirinya.

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,” (QS al-Baqarah: 185).

Hari ini, kurang lebih ada 1,6 milyar manusia yang berikrar sebagai seorang Muslim. Mereka tersebar di seluruh penjuru dunia. Di Barat dan di Timur. Masing-masing berjibaku dengan hidupnya. Masing-masing sibuk dengan segala agenda. Mencoba memecahkan segala masalah dalam berbagai peristiwa. Bertarung dengan pilihan-pilihan yang tidak ringan dalam kehidupan. Sampai-sampai akhirnya mereka lupa, bahwa sesungguhnya Sang Pencipta Manusia telah membekali kitab panduan tempat segala masalah menemukan jawaban, tempat segala musykilah menemukan rujukan. Al-Qur’an.

Dengan terang Allah SWT menyebutkan, Dia tidak menghendaki kesukaran untuk kita. Dia menghendaki kemudahan untuk manusia.

Hari ini, berapa banyak orang yang mampu membangun atmosfer seperti yang telah mampu dibangun oleh Muhammad Iqbal. Di belahan Asia Tenggara ini sama, kaum Muslimin berjumlah tak kurang dari 400 juta manusia. Dan hampir setengah dari jumlah di atas, lahir, hidup dan tinggal di Indonesia. Negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Mari kita ulang pertanyaannya. Berapa banyak dari jumlah Muslimin di Indonesia yang memiliki perasaan yang sama dengan Muhammad Iqbal? Atau kita perlu mengerucutkan sasaran pertanyaan. Berapa banyak pemimpin-pemimpin umat Islam yang mampu menghadirkan perasaan, bahwa al-Qur’an ini diturunkan untuk dirinya, bukan untuk orang lain, bukan untuk jamaah lain, bukan untuk kaum yang lain? Berapa banyak!?

Bulan ini adalah bulan penuh berkah. Bulan diturunkannya al-Qur’an yang mulia, petunjuk bagi manusia. Jika hari ini kaum Muslimin mampu menghadirkan rasa di atas di dalam jiwa, insya Allah, 50 persen dari masalah sudah teratasi dengan sendirinya. Baik masalah internal ataupun eksternal.

Dan jika kita sudah mampu melakukannya, insya Allah kita juga berani dengan gagah akan berkata, “Takun daulatal islamiyah fii qalbika takun fi ardhika.” Tegakkan dulu Islam di hatimu, maka dia akan tegak sendirinya di muka dunia. Amin
rujukan :http://jannah-wearecoming.blogspot.com/2010/08/belajar-dalam-madrasah-ramadhan.html

No comments: