Thursday, August 28, 2008

Salam Ramadhan


Assalamu'alaikum.

Ya Allah berkatilah kami dalam bulan Rejab dan dalam bulan Syaaban dan sampaikanlah kami ke dalam bulan Ramadhan .

Sahabat ku Tetamu Agung ini bakal berkungjung beberapa hari lagi. Ahlan Ya Ramadhan, lambaianmu Ramadhan menggamit hati-hati kami untuk bersama-sama menyemarakkanmu. Semoga ruang dan peluang yang Allah sediakan 1 bulan istimewa buat kita ini memberi pelatihan abadi untuk pengendalian hati dan diri bagi meraikan kemerdekaan sejati.


Sahabatku :

Andai ku tahu ini Ramadhan terakhir

Tentu siangnya sibuk berzikir

Tentu tak akan jemu melagukan syair rindu

Mendayu..merayu. .kepadaNya Tuhan yang satu


Andai ku tahu ini Ramadhan terakhir

Tentu solat ku kerjakan di awal waktu

Solat yang dikerjakan.. sungguh khusyuk

Lagi tawaduk

Tubuh dan qalbu bersatu

Memperhambakan diri

Mengadap Rabbul Jalil...menangisi

Kecurangan janji

”innasolati wanusuki wamahyaya

Wamamati lilahirabbil ’alamain’

( sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...

Kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam )


Andai ku tahu ini Ramadhan terakhir

Tidak akan ku siakan walau sesaat yang berlalu

Setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja

Disetiap kesempatan juga masa yang terluang

Alunan al-quran bakal ku dendang...

Bakal ku syairkan


Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir

Tentu malam mu engkau sibukkan dengan

Bertarawih

Berqiamullail, bertahajud

Mengadu...merintih. ..meminta belas kasih

” sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurgaMu

Tapi ku juga tidak sanggup untuk ke nerakaMu”


Andai ku tahu ini Ramadhan terakhir

Tentu diriku tak akan melupakan yang tersayang

Mari kita meriahkan Ramadhan

Kita buru..kita cari..suatu malam idaman

Yang lebih baik dari seribu bulan


Andai ku tahu ini Ramadhan terakhir

Tentu ku bakal menyediakan batin dan zahir

Mempersiapkan diri, rohani dan jasmani

Menanti-nanti jemputan Izrail

Di kiri dan kanan lorong-lorong ridha Ar-Rahman.



Duhai Ilahi

Andai ini Ramadhan terakhir buat kami

Jadikanlah ia Ramdhan yang paling bererti

Peling berseri menerangi kegelapan hati kami

Menyeru ke jalan menuju ridha serta

Kasih sayangMu Ya Ilahi

Semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti



Namun teman ...

Tak akan ada manusia yang bakal mengetahui

Apakah Ramadhan ini yang terakhir kali bagi dirinya

Yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah

Berusaha...bersedia ..meminta belasNya



ANDAI BENAR INI RAMADHAN TERAKHIR BUAT AKU

MAAFKAN SEMUA KESALAHAN DAN KESILAPAN

YANG PERNAH AKU LAKUKAN

”MARHABAN YAA RAMADHAN”





HM/07

Thursday, August 14, 2008

DAKWAH FARDIYAH

“ Praktis Dakwah Fardiyah”

Penulis : Syekh Mustafa Masyhur

Merekrut manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang mahal. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah fardiyah. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah. Terkadang memang melakukan dakwah fardiyah memerlukan kiat tersendiri.

Berikut ini kiat praktis dakwah fardiyah :

1. Berupaya untuk membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi dan membangunnya dengan baik. Upaya ini untuk menarik simpati darinya agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perbincangan yang dapat diambil manfaat sehingga pembicaraan berikutnya dapat berlangsung terus. Pembinaan hubungan dengannya dilakukan secara intens sehingga obyek dakwah mengenal orang yang mengajaknya sebagai orang yang enak untuk berteman dan berkomunikasi.

2. Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaklah tidak langsung diarahkan pada masalah iman, namun sebaiknya berjalan secara tabi’i, seolah-olah tidak disengaja dengan memanfaatkan moment tertentu untuk memulai mengajaknya berbicara tentang persoalan keimanan. Melalui pembicaraan yang tabi’i, persoalan yang dipaparkan akan mudah mendapatkan sambutan. Dari sambutan yang disampaikannya mengenai beberapa hal dapat ditindaklanjuti dengan meningkatkan gairah keimanannya. Gairah keimanan yang timbul darinya akan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dari situlah muncul perhatian yang besar terhadap masalah-masalah keislaman dan keimanan.

3. Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Pada tahap ini perlu pula dibekali dengan bahan-bahan bacaan dari referensi yang sederhana, seperti Dasar-dasar Islam, Prinsip-prinsip Islam (Abul ‘Alaa Al Maududi), dan lain-lainnya. Disamping bekalan bahan-bahan bacaan juga perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang baik dan komunitas masyarakat yang shalih agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang shalih. Mutaba’ah dan pemantauan dalam tahap ini memerlukan kesabaran yang tinggi sehingga dapat membimbing perjalanannya di atas jalan dakwah dan terhindar dari faktor-faktor yang buruk.

4. Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil agar memiliki kepahaman yang shahih tentang ibadah disertai niat yang benar dan berdasarkan syara’. Pemahaman yang tidak sempit terhadap ibadah. Ibadah bukan sebatas rukun Islam yang empat saja (shalat, puasa, zakat, dan haji). Akan tetapi pengertian ibadah yang luas sehingga memahami bahwa setiap ketundukan seorang hamba padaNya dengan mengikuti aturan yang telah digariskan akan bernilai ibadah.

5. Menjelaskan kepada obyek dakwah bahwa keberagamaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri. Hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban ritual, berperilaku baik dan tidak menyakiti orang lain lalu selain itu tidak ada lagi. Melainkan keberadaan kita mesti mengikatkan diri dengan keberadaan muslim lainnya dengan berbagai macam problematikanya. Pada tahap ini pembicaraan diarahkan untuk menyadarkan bahwa persoalan Islam bukan urusan perorangan melainkan urusan tanggung jawab setiap muslim terhadap agamanya. Perbincangan ini dilakukan agar mampu mendorongnya untuk berpikir secara serius tentang bagaimana caranya menunaikan tanggung jawab itu serta menjalankan segala tuntutan-tuntutannya.

6. Menjelaskan kewajiban untuk mengemban amanah umat dan permasalahannya. Kewajiban di atas tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. Masing-masing orang secara terpisah tidak akan mampu menegakkannya. Maka perlu sebuah jama’ah yang memadukan potensi semua individu untuk memperkuat tugas memikul kewajiban berat tersebut. Dari tahap ini obyek dakwah disadarkan tentang pentingnya amal jama’i dalam menyelesaikan tugas besar ini.

7. Menyadarkan padanya tentang kepentingan sebuah jama’ah. Pembicaraan ini memang krusial dan rumit sehingga memerlukan hikmah dan kekuatan argumentasi yang meyakinkan. Oleh karena itu harus dijelaskan padanya bahwa bergabung dengan sebuah jama’ah harus meneliti perjalanan jama’ah tersebut. Jangan sampai terburu-buru untuk menentukan pilihan terhadap sebuah jama’ah yang akan dijadikannya sebagai wahana merealisasikan dasar-dasar Islam.

Demikianlah langkah-langkah dalam melaksanakan dakwah fardiyah. Selamat mengamalkan, semoga Allah SWT memudahkan kita membimbing saudara-saudara kita ke jalanNya. Aamiin.Orang yang besar dan agung ialah yang mengerti apa yang sedang dikerjakannya dan apa yang harus ia lakukan.

“Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?”(QS. Al-Anbiyaa’ : 50).

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash : 56).Jadi doakanlah objek dakwah fardiyah Anda setiap hari dan bersabarlah atas proses sunnatullahnya. Karena tugas Anda hanya menyampaikan dan berusaha berdakwah. Anda tidak bertanggung-jawab untuk memberinya hidayah.

INGIN MENJADI HAMBA ALLAH YANG BERJASA?


INGIN MENJADI HAMBA ALLAH YANG BERJASA?


Banyak cara untuk kita berjasa kepada orang yang kita sayangi. Kalau kita hendak menjadi anak yang berjasa kepada ibu bapa, kita bila-bila masa boleh menawarkan tenaga. Jika ibu bapa kita minta bantuan kita untuk membersih dan mengemas rumah, kita boleh tolong. Jika ibu bapa kita letih dan sakit, kita boleh saja memicit dan merawat. Jika kita berwang, boleh saja tiap-tiap bulan kita menghulurkan wang kepada mereka. Jika ibu bapa kita telah tua, lagi banyak peluang untuk kita berjasa kepada mereka.


Kita boleh mengajak mereka tinggal di rumah kita, kita boleh hiburkan hati mereka dengan mengajak mereka bersiar-siar dan membeli barang keperluan mereka. Kita boleh berjasa kepada mereka, bukan setahun sekali malah setiap hari. Begitulah hakikat berjasa kepada manusia secara umumnya.


Tetapi kepada Allah, apakah peluang dan bagaimanakah cara kita dapat berjasa kepada-Nya? Allah ialah Tuhan dengan sifat kamalat yang bersalahan dengan sifat manusia. Allah tidak akan rasa letih dan sakit seperti mana manusia merasainya. Allah tidak memerlukan pakaian dan makanan seperti mana manusia memerlukannya. Malah Allah tidak memerlukan manusia seperti mana manusia memerlukan Allah. Lantas, peluang untuk kita menjadi hamba Allah yang berjasa sangat terhad. Sangat terhad.


Kita ada satu ruang dan peluang sahaja untuk menjadi hamba Allah yang berjasa. Ruang dan peluang itu ialah MENOLONG AGAMA-NYA. Inilah satu-satunya peluang dan ruang yang terhampar di depan kita. Kalau kita berlalu tanpa mengutip peluang ini, maka tiadalah kita menemuinya lagi di sepanjang perjalanan hidup kita.


Dua langkah yang boleh kita ambil untuk menolong agama Allah ialah:-


1. Menjadi DA’I - Da’i atau pendakwah yang berperanan dalam menyebarkan agama Allah kepada dua pihak iaitu kepada orang yang belum beragama Islam dan kepada orang yang sudah beragama Islam. Kita boleh menerangkan tentang kebenaran, kebaikan dan kesyumulan Islam kepada kaum Cina, India dan sebagainya melalui lisan dan tulisan. Kita juga sewajarnya berdakwah di kalangan umat Islam sendiri agar umat Islam lebih mengenali agama mereka, beriman dan beramal dengan ajaran al-Quran dan al-Hadis yang mencakupi segala skop kehidupan.


2. Menjadi JUNDULLAH - Jundullah ialah tentera Allah yang berjuang di medan jihad sama ada jihad itu menuntut pengorbanan nyawa atau menuntut pengorbanan tenaga, masa dan harta benda. Kita boleh menjadi jundullah dalam menegakkan hukum Allah, syariat-Nya dan berjuang dalam menjadikan hukum dan syariat itu berdaulat, ’memerintah bukan diperintah’.


Dalam kedua-dua langkah itu, kita tidak akan ditanya tentang berapa orangkah sudah berjaya engkau Islamkan atau sudah menangkah engkau dalam menegakkan Islam. Berjaya dan menang adalah hak dan ketentuan Allah. Yang penting adalah kita berperanan secara istiqamah tanpa mengenal putus asa.


Kerja kita hanya tamat apabila berlangsungnya nafas terakhir kita. Kerja Islam adalah kerja tanpa musim.Demikianlah dua langkah yang perlu diambil sekiranya kita ingin BERJASA KEPADA ALLAH. Ingat, seorang ’abid (ahli ibadat) belum tentu menjadi hamba yang berjasa kepada Allah. Akhirnya, pilihan sudah ada di depan kita; sama ada kita ingin menjadi HAMBA ALLAH YANG BERJASA atau HAMBA ALLAH YANG TIDAK BERJASA.

Thursday, July 31, 2008

Aurat dan Pornoaksi


Aurat dan Pornoaksi:Tinjauan Agama dan Rasional

Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Maksudnya: “Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur).” (Al-A‘araf, 7: 26).

Islam telah menetapkan bahawa adanya bahagian yang tertentu menjadi aurat pada diri wanita yang perlu ditutupi. Ia adalah suatu hukum yang mudah menurut kacamata Islam yang umum di dalam kehidupan yang terdapat padanya perkara yang diharuskan dan perkara yang ditegah. Perspektif umum Islam menggesa agar kita menjauhkan diri dari segala godaan dan perkara yang meransang syahwat.

Matlamatnya ialah memuliakan manusia dan meninggikan sifat nalurinya, disamping menjadikan kuasa yang di tangan seseorang dipandu oleh matlamat syari’at dan hukum-hakam akal…. agar manusia dinaungi dengan kemuliaan. Juga mengangkat darjat manusia daripada semata-mata menjadi seperti haiwan, sekadar makan dan memakai.

Apa yang berlaku terhadap wanita di barat, dan menjadi realiti yang biasa ialah kecenderungan kepada budaya bogel yang primitif. Sudah ketara pemudi-pemudi di Eropah, mereka selesa dengan adat tradisi separuh bogel. Apa yang dilihat pada hari-hari percutian musim panas suatu yang sangat parah.

Dengan syari’at Islam, masyarakat Islam adalah masyarakat yang bersih. Islam telah memfardhukan kebersihan luaran dan dalaman, zahir dan batin, pemikiran dan perasaan, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga memfardhukan kesucian hati daripada segala penyakit-penyakitnya dan kebersihan lahiriah daripada segala kekotoran. Kemurnian hubungan antara lelaki dan wanita adalah satu cabang daripada prinsip kebersihan ini. Namun terdapat mereka yang inginkan kepincangan dan memandang hubungan sebegini sepertimana yang mereka katakan: “Hubungan biologi adalah suatu yang tabi’ie, tiada padanya sebarang kecelaan dan tiada sebarang ikatan.” Memandang manusia hanya sebagai lelaki atau wanita adalah pandangan yang cetek, sedangkan tersirat di sebaliknya persediaan ke arah kemuliaan dan ketinggian.

Kita telah melihat mereka yang telah memeluk Agama Islam di celahan situasi gejala yang terpesong ini, mereka itu telah bahagia dengan konsep Islam yang memuliakan manusia, sehingga berkata salah seorang daripada mereka yang memeluk Agama Islam kepada sekelompok bangsanya sendiri iaitu Eropah, yang perlu kami tegur pendekatannya, iaitu: “Selagimana kamu tidak memeluk Agama Islam, kamu adalah lembu…!” Ya benar! Sesungguhnya adab dakwah menolak perkataan yang sedemikian, tetapi perlu dijelaskan: Apabila mereka memeluk Agama Islam dan mengetahui tentang kebersihan Islam, mereka dapat mengenali hakikat taraf kebinatangan yang telah terpalit kepada mereka seketika dahulu (Dan suatu yang bercanggah itu menzahirkan kebaikan yang di sebaliknya).

Para pengkaji yang adil, mengetahui dengan yakin, tentang seks rambang yang dialami oleh orang bukan Islam khususnya di barat. Kebanyakan kanak-kanak, wanita dan pemuda tidak mengenali bapa mereka. Seorang suami kepada seorang wanita muslimah Amerika telah memberitahu kepadaku bahawa isterinya tidak pasti siapa bapanya yang sebenar, bapanya telah menggauli semua anak perempuannya dan dia bersyukur kepada Allah kerana Allah menyelamatkannya.

Sesungguhnya Islam menjaga nasab keturunan dan harta benda, yang merupakan salah satu dari objektif-objektif Islam yang dharuri (mesti). Yang mana hidup ini tidak akan konsisten tanpa unsur-unsur tersebut. Lantaran itu, para ulama’ Islam menamakannya sebagai al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) iaitulah menjaga agama, akal, kehormatan, jiwa, harta, kebebasan dan kemuliaan.

Masyarakat Islam dibangunkan dengan menjaga perkara-perkara dharuri ini, mereka saling tolong-menolong untuk menjaganya, bahkan ia bertanggung jawab untuk memeliharanya demi kesejahteraan dan kelangsungan masyarakat Islam.

Antara suatu yang logik, ketetapan akal dan hukum-hakamnya yang jelas ialah jika ditegah dan diharamkan suatu perkara, maka ditegah juga wasilah (pengantara) dan segala sebab-musababnya. Oleh kerana syari’at Islam itu terbina dengan kebijaksanaan akal untuk mendapatkan maslahah (kebaikan), maka sudah tentulah Islam mengharamkan segala wasilah yang membawa kepada suatu yang haram; dan memfardukan wasilah yang membawa kepada suatu yang wajib. Oleh kerana mendedahkan aurat dan melihat aurat adalah satu perkara yang boleh membawa kepada yang diharamkan dan merosakkan penjagaan salah satu daripada al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) dalam syari’at Islam; maka pada logik dan syari’at sudah pasti - perhiasan lelaki dan wanita hendaklah pada had kadar yang memelihara kemuliaan diri mereka serta menjamin kesejahteraan masyarakat - menjadi salah satu daripada kefardhuan Islam, adab-adab Islam yang murni dan lambang kebersihan Islam, serta kemuliaan dan ketinggian ISLAM.

HARAM DEDAH AURAT

Pengharaman ini adalah berdasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa ta‘ala

:قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

Maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.

Juga firman Allah Subhanahu wa ta‘ala

:وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Maksudnya: Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.(An-Nuur: 30, 31)

Terdapat pada diri lelaki bahagian aurat yang diharamkan kepada lelaki yang lain melihatnya dan wanita juga mempunyai bahagian aurat yang diharamkan ke atas wanita yang lain untuk melihatnya. Jelas, pada jasad lelaki terdapat bahagian yang diharamkan ke atas wanita melihatnya dan terdapat pada wanita bahagian yang diharamkan ke atas lelaki melihatnya. Perkara ini menunjukkan bahawa syari’at Islam adalah syari’at yang selaras dan bersepadu. Ia tidak mengkhususkan wanita sahaja bahkan ia merupakan syari’at yang adil. Ia memelihara segala masalah hubungan tabi’ie dan kecenderungan semulajadi antara lelaki dan wanita.

Hadis Nabi yang menyatakan tentang perkara ini ialah berdasarkan riwayat al-Tabarani dan al-Hakim. Al-Hakim mengatakan sanad hadis ini sahih daripada Abdullah Ibn Mas‘ud Radiallahu‘anhu. Beliau berkata: Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang ia riwayatkan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala

:النَظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَنْ تَرَكَهَا مِنْ مَخَافَتِي أَبْدَلْتُهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ

Maksudnya: “Pandangan adalah antara panahan iblis, sesiapa yang meninggalkan pandangan tersebut kerana takutkanKu maka akan aku gantikan dengan keimanan yang ia akan dapat rasakan kemanisannya di dalam hatinya.”

Imam Ahmad dan al-Tabarani meriwayatkan daripada Abu Umamah Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَنْظُرُ إِلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ أَوَّلَ مَرَّةٍ ثُمَّ يَغُضُّ بَصَرَهُ إِلاَّ أَحْدَثَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةً يَجِدُ حَلاَوَتَهَا

Maksudnya: “Tiada seorang muslim yang memandang kepada kecantikan seorang wanita kemudian ia memejamkan matanya melainkan Allah Subhanahu wa ta‘ala timbulkan baginya satu ibadah dan ia merasakan kemanisan di dalam hatinya.”Imam Ahmad dan Ibn Hibban meriwayatkan di dalam kitab sahih mereka dan juga al-Hakim, daripada ‘Ubadah Ibn Samit Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:

اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمْ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ

Maksudnya: “Pelihara enam perkara di dalam diri kamu nescaya aku akan menjamin syurga untuk kamu: Bercakap benar bila berbicara, apabila berjanji ia tepati, menjaga amanah apabila diberi amanah, menjaga kemaluan, menundukkan pandangan dan menjaga tangan kamu.”Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan, daripada Abu Hurairah Radiallahu‘anhu, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأذُنَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

Maksudnya: “Allah telah menetapkan ke atas anak Adam nasib mereka berkaitan zina secara pasti: Zina mata ialah pandangan, zina telinga ialah pendengaran, zina lidah ialah bicara, zina tangan ialah penganiayaan, zina kaki ialah langkah, zina hati ialah hawa nafsu dan angan-angan, semua ini dibenarkan oleh kemaluan dan ia memperdayanya.”

Imam Muslim dan al-Tirmizi meriwayatkan, daripada Jarir Radiallahu‘anhu, beliau berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَقَالَ اصْرِفْ بَصَرَكَ

Maksudnya: “Aku bertanya kepada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan yang tidak disengajakan, maka jawab Baginda: “Palingkan pandangan kamu.”




Tidak syak lagi antara matlamat Islam berkaitan menundukkan pandangan ialah – sepertimana yang dinyatakan oleh pengarang kitab Zilal – untuk mendirikan masyarakat yang bersih, yang tidak hanyut dilanda gelombang nafsu pada setiap detik dan tidak dipengaruhi oleh ransangan syahwat pada setiap masa. Pengaruh ransangan seks berterusan, dan berakhir dengan insan terhumban ke dalam api serakah syahwat yang tidak kunjung padam dan puas.




Pandangan yang khianat, gerak geri yang memberahikan, perhiasan mereka yang bersolek serta tubuh yang bertelanjang, semuanya tidak lain, melainkan membakar semarak hawa nafsu yang menggila. Satu-satunya kaedah Islam untuk mewujudkan masyarakat yang bersih ialah menghalang semua pengaruh sebegini dan mengekalkan dorongan fitrah yang mendalam antara dua jantina ini dalam keadaan yang sejahtera dengan kekuatan yang tabi‘ie tanpa ada pengaruh yang sengaja diada-adakan.Pernah diperkatakan bahawa terdapat faedah daripada perbuatan seperti melepaskan pandangan, berbicara terbuka, bergaul bebas, gurau senda dan bergembira tanpa batasan antara dua jantina, serta melihat bahagian aurat tersembunyi. Yang mana digembar-gemburkan bahawa ia boleh meredakan dan merehatkan, menjadi sebagai luahan terhadap hambatan dan halangan rasa ghairah, mengawal diri dari konflik dan tekanan jiwa, meringankan tekanan seksual dan lain-lain lagi.




Namun mereka yang berpegang dengan pandangan dan pemikiran ini telah lupa, kecenderungan fitrah antara lelaki dan perempuan merupakan kecenderungan yang mendalam dalam pembentukan yang hidup. Ini kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala menciptakannya untuk meneruskan kehidupan di atas muka bumi ini, dan merealisasikan tugas khilafah manusia di atas muka bumi. Ia merupakan kecenderungan berkesinambungan.Memarakkan gelombang nafsu sedemikian menambah lagi haru-biru, dan mendorong seseorang untuk memadamkannya secara lahiriyyah untuk memperolehi kerehatan.




Jika ia gagal melakukannya maka saraf yang sedang bergelora akan kepenatan. Ia menyebabkan suatu penyeksaan yang berpanjangan.Pandangan boleh memberahikan, ketawa boleh menghairahkan, gurau-senda boleh merangsang, dan jeritan yang mengungkapkan kecenderungan ini juga boleh memberi ransangan. Satu-satunya cara yang boleh dipercayai ialah dengan mengurangi pengaruh-pengaruh ini sehingga kecenderungan ini kekal pada batas-batasnya yang tabi‘ie. Seterusnya menyahut seruan yang tabi‘ie ini dengan perkahwinan yang syar‘ie.Inilah dia landasan yang dipilih oleh Islam dan yang diredhai bagi keperluan seks manusia, untuk menyempurnakan ketenangan jiwa, kestabilan fikiran, kerehatan saraf dan ikatan murni yang mengikat keseluruhan bani insan!!Alangkah indahnya apa yang pernah diungkapkan oleh sebahagian mereka berkaitan pengaruh pandangan:




كل الحوادث مبداها من النظرومعظم النار من مستصغر الشرركم نظرة فعلت في قلب صاحبهافعل السهام بلا قوس ولا وتروالمرء مادام ذا عين يقلبهافي أعين الغيد موقوف على خطريسر مقلته ما ضر مُهجتَهلا مرحبا بسرور عاد بالضرر




Maksudnya:“Mata adalah punca segala perlakuan yang pincang; api yang memarak berasal dari percikan yang kecil.”“Betapa banyak penglihatan mengganggu hati tuannya; bak panahan yang menusuk hati tembus ke sanubarinya.”“Selama mana manusia memiliki mata yang dipermain-mainkannya; merenung mata rupawan yang membahayakan.”“Matalah yang girang gembira namun hatinya yang menerima bahananya; kita tidak mengalu-alukan kegembiraan yang berakhir dengan kemudharatan.”




Benarlah sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Tabarani:




ثَلاَثَةٌ لاَ تَرَى أَعْيُنُهُمْ النَّارَ عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ كَفَتْ عَنْ مَحَارَمِ اللهِ




Maksudnya: “Tiga mata yang tidak melihat api neraka, mata yang berwaspada di jalan Allah; mata yang menangis kerana takutkan Allah dan mata yang terpelihara daripada apa yang diharamkan Allah.”




Aurat Lelaki:Al-Hakim telah mengeluarkan sebuah hadis daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:




مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ عَوْرَةٌ




Maksudnya: “Apa yang di antara pusat dan lutut adalah aurat.”Al-Hakim meriwayatkan bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang lelaki yang terdedah pahanya, maka Baginda berkata kepadanya sebagai memberi nasihat:




غَطِّ فَخِذَكَ فَإِنَّ الفَخِذَ عَوْرَةٌ




Maksudnya: “Tutupkan paha kamu, sesungguhnya paha adalah aurat.”Menurut sebuah riwayat al-Tirmizi:




الفَخِذُ عَوْرَةٌ




Maksudnya: “Paha adalah aurat.”Nas-nas hadis ini menjelaskan bahawa tidak harus bagi seorang lelaki mendedahkan sejuzuk pun antara lutut dan pahanya, sama ada ketika bersukan, berenang, latihan dan juga di kolam air, sekalipun aman daripada rasa syahwat.




Aurat Wanita:


Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ لِبُعُولَتِهِنَّ ...




Maksudnya: “Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka... (An-Nuur: 31)




Wanita-wanita Islam diperintahkan menutupkan dan mengulurkan penutup kepalanya sehingga dapat menutupi leher dan dadanya. Bahagian dada dan belahan dadanya tidak boleh didedahkan sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah.Suara wanita pula mestilah dikawal supaya tidak menggoda. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ




Maksudnya: “Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu)” (Al-Ahzab: 32).




Perhiasan Wanita Yang Boleh Didedahkan:Para ulama’ juga telah menyebut pendapat-pendapat yang ma’thur dari sahabat dan tabi’ien. Al-Qurtubi mengatakan bahawa; Ibn ‘Abbas, Al-Miswar bin Makhramah dan Qatadah mengatakan perhiasan yang zahir ialah:“Celak, gelang dan inai pada kadar setengah hasta serta subang dan cincin.”


Di dalam kitab Fath Al-Qodir karangan Al-Imam Al-Syaukani, diriwayatkan daripada Ibn ‘Abbas:“Setengah betis atas dari kaki, itulah apa yang zahir.” Al-Imam Al-Alusi berkata: “Apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Zamakhsyari adalah dari pendapat yang masyhur dalam mazhab Abu Hanifah, bahawa bahagian perhiasan yang zahir adalah merangkumi:“Wajah, dua tangan hingga ke pergelangan dan kaki hingga ke buku lali; bukanlah aurat, maka tidak diharamkan melihat kepadanya. Kepayahan untuk menutup dua kaki hingga ke buku lali adalah lebih berbanding kepayahan menutup dua tangan hingga ke pergelangan, terutama bagi kebanyakan wanita Arab yang fakir.”Budaya Pincang:Wanita berpakaian ketat di hadapan mahramnya (kerabat si wanita yang haram menikahinya) dan di hadapan wanita lain saja tidak boleh. Apalagi di hadapan lelaki lain. Masalah wanita berpakaian ketat ini ditegaskan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:




سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ




Maksudnya: “Akan ada di akhir ummatku orang-orang yang naik di atas pelana seperti layaknya orang-orang besar, mereka singgah di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, di atas kepala mereka ada semacam punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat.” (Hadis riwayat Ahmad. Al-Haitsami berkata: Para periwayat Ahmad dinilai Sahih).Sabda Baginda Sallallahu ‘alaihi wasallam “kasiyat ‘ariyat” telah ditafsirkan:- Berpakaian dengan pakaian pendek yang tidak menutupi aurat yang harus ditutup.- Mengenakan pakaian tipis yang tidak menutupi kulitnya dari pandangan di baliknya.- Pakaian ketat yang memang menutupi kulit dari pandangan namun tetap menampakan lekuk dan bentuk kemolekan tubuh wanita.Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam lagi:




صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا




Maksudnya: “Dua golongan termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihat mereka; satu kaum (penguasa) yang membawa cambuk (besar) seperti ekor lembu, dengannya mereka memukul manusia; dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan melenggok-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya boleh didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Riwayat Muslim)




Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang dua fenomena:


Sadisme dan Pornoaksi.




Golongan pertama adalah kaum lelaki sedangkan golongan kedua adalah kaum wanita. Antara kedua golongan yang berlawanan jenis ini tentu saja ada interaksi. Ini kerana, dalam suatu komuniti masyarakat yang banyak dijumpai wanita-wanita seperti golongan kedua, pasti akan banyak terjadi perkosaan, kekerasan, sadisme, pergolakan dan penganiayaan seperti yang dilakukan golongan pertama.




Golongan pertama menggunakan kekerasan sebagai senjatanya sedang golongan kedua menggunakan kelembutan (keindahan) sebagai senjatanya. Golongan kedua sering berselindung di balik istilah moden, seni dan keindahan, untuk menipu manusia. Orang sering mengutuk perbuatan golongan pertama dengan kata-kata kejam, sadis dan buas, tetapi menyanjung golongan kedua dengan sebutan seperti artis, ratu kecantikan dan wanita moden.Justeru perlu diingat bahawa tidak mendedahkan diri kepada khalayak adalah lebih baik daripada berdedah dengan perhiasan seperti orang yang jahil agama.




Firman Allah SWT:




وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى




Maksudnya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Al-Ahzab: 33)




Beberapa Halangan:


1) Kemungkinan suasana masyarakat dan keadaan setempat menyebabkan seseorang keberatan melaksanakan beberapa perintah Allah Subhanahu wa ta‘ala dan tuntuan agama, ia mestilah memahami bahawa dalam setiap perkara memerlukan kesabaran. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ




Maksudnya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang.” (Al-Baqarah, 2)




Bersabar untuk melakukan ketaatan adalah suatu kemestian. Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:




يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ




Maksudnya: “Akan tiba suatu zaman, manusia pada ketika itu perlu bersabar melakukan ketaatan seperti mengenggam bara api.”Ganjaran besar bagi orang bersusah payah dan bersabar untuk melakukan suatu amalan dibayangkan di dalam hadith Nabi Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan daripada Ma‘qil bin Yasir:




الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ




Maksudnya: “Beribadat dalam kepayahan adalah seperti berhijrah kepadaku.” (Musnad Imam Ahmad).




Tidak sepatutnya seseorang terikut-ikut dengan orang lain untuk melakukan sesuatu, sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:




لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً ، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا ، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا ، وَإِنْ أَسَاؤُوا فَلاَ تَظْلِمُوا




Maksudnya: “Janganlah seseorang menjadi imma‘ah (terikut-ikut). Iaitu ia mengatakan: “Jika orang lain baik, kami juga melakukan kebaikan; jika mereka zalim, kami juga melakukan zalim. Tetapi tetapkanlah pada diri kamu, jika orang melakukan kebaikan, kamu juga turut melakukan kebaikan; jika mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu zalim.” (Hadith dikemukakan oleh al-Tirmizi. Beliau menilainya Hasan Gharib).




2) Sesetengah orang pula tidak ingin melaksanakannya semata-mata kerana menganggap diri bukan dari golongan yang baik atau mulia. Ia sebenarnya helah syaitan supaya ia bertangguh. Ini kerana tiada manusia yang sempurna dengan kebaikan. Jadi sampai bilakah ia ingin bertangguh dengan alasan demikian?! Amalan buruk seseorang hanya dapat ditampung dengan amalan baik. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ




Maksudnya: “Sesungguhnya amal-amal kebajikan (terutama sembahyang) itu menghapuskan kejahatan.” (Hud, 114).




Di dalam sebuah hadith: kata Abu Zar: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada beliau:




اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ




Maksudnya: “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah di mana sekali kamu berada. Susulilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik. Pasti ia dapat menghapuskan kejahatan. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (Dikemukakan oleh Imam Ahmad).




3) Antara contoh dakwaan yang sering disebut-sebut ialah: “Tidak perlu pakai tudung, jika tidak sembahyang.” Ini bukanlah bererti orang yang tidak sembahyang, ia tidak mendapat dosa jika tidak memakai tudung. Sebenarnya, tiada kaitan antara dua perkara tersebut. Memakai tudung adalah seperkara dan sembahyang seperkara lain. Seseorang itu sudah berdosa dengan meninggalkan sembahyang. Jadi jika ia menambah kejahatan tidak sembahyang dengan satu lagi kejahatan tidak mahu memakai tudung, maka bertambahlah lagi dosanya.




4) Seseorang yang mendapati dirinya tidak istiqomah (consistent) dengan suatu amalan tidak sepatutnya ia langsung meninggalkan perbuatan itu. Allah Subhanahu wa ta‘ala telah berfirman:




فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ




Maksudnya: “Maka hendaklah kamu tetap teguh di atas jalan yang betul lurus (istiqomah), serta pohonlah kepadaNya mengampuni (dosa-dosa kamu yang telah lalu).” (Fussilat, 6).




Ayat ini mengisyaratkan semestinya berlaku kecuaian dalam istiqamah. Tetapi ia ditampung dengan istighfar. Tiada orang yang mampu benar-benar istiqomah tetapi hendaklah melakukan perkara yang betul dan menepati atau hampir dengan tujuan. Taubat yang dilakukan selepas ia dibatalkan dengan mengulangi dosa adalah sah. Ini kerana taubat yang pertama adalah suatu ketaatan. Ia telahpun dilakukan dan sah. Apabila dilakukan dosa kali kedua, ia perlu memulakan taubat yang lain. Perbuatan mengulangi dosa, lebih buruk daripada memulakannya kerana ia menambah pembatalan taubat dengan perlakuan dosa. Begitupun, mengulangi taubat adalah lebih baik daripada memulakannya. Ini kerana ia menambah kesungguhan mendampingi Allah yang Maha Mulia.




5) Tidak ikhlas dalam suatu amalan bukanlah suatu alasan membolehkan seseorang meninggalkan amalan yang mesti dilakukan. Contohnya seseorang yang wajib sembahyang tidak boleh meninggalkannya kerana merasakan hati tidak ikhlas. Begitulah juga dalam setiap amalan agama. Tidak sepatutnya seseorang tidak mahu menutup aurat semata kerana merasa tidak ikhlas seperti riya atau ujub. Malah ia mestilah tetap melakukannya disamping berusaha mengubah niatnya supaya ikhlas. Kata Fudhail bin `Iyadh: "Meninggalkan amalan kerana manusia adalah riyak dan melakukan amalan kerana manusia adalah syirik."Setiap amalan dinilai mengikut niat. Amalan yang dilakukan tanpa dipedulikan sama ada ia adalah perintah atau larangan Allah Subhanahu wa ta‘ala, maka ia terbatal dan tiada ganjarannya. Amalan yang ikhlas ialah yang dilakukan kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala semata-mata tanpa mengharapkan yang lain. Tidak bercanggah dengan keikhlasan jika seseorang yang niat asalnya untuk Allah semata-mata, kemudian ia mengharapkan ganjaran dan habuan yang dijanjikan Allah sama ada di dunia dan di akhirat; atau untuk menghindari musibah di dunia dan akhirat. Contohnya, seseorang yang berpuasa dan mengharapkan untuk mengurangkan berat badan, maka jika niat asalnya untuk patuh kepada perintah Allah, puasanya tetap diberikan ganjaran pahala. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً




Maksudnya: "Dan sentiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan (kepada janji Allah) serta gerun takut (kepada ancaman Allah)." (Al-Anibiya', 90)




6) Melakukan sesuatu amal ibadat kerana disuruh oleh seseorang tidaklah bererti seseorang itu tidak ikhlas. Ini kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala menyuruh supaya taat kepadaNya, kepada Rasul dan juga kepada orang yang menyuruh melakukan kebaikan. Jadi seseorang yang melakukan amal ibadat selepas disuruh oleh seseorang, ertinya ia taat kepada Allah dan Rasul. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:




يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنكُمْ




Maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu." (Al-Nisa': 59)




Seseorang mestilah patuh dan taat dalam melakukan amal dan ibadat meskipun perkara yang tidak disukainya. Ubadah bin Shamit berkata:




بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لاَ نَخَافُ فِي اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ




Maksudnya: "Kami telah membaiah (akad setia) Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam untuk senantiasa mendengar dan mentaatinya, baik dalam keadaan yang kami senangi maupun yang tidak kami senangi dan agar kami tidak akan merebut kekuasaan dari orang yang berhak dan agar kami senantiasa mengerjakan atau mengatakan yang haq di mana saja kami berada tidak takut karena Allah kepada celaan orang-orang yang suka mencela." (Riwayat Al-Bukhari)




1) Aurat - Hasan Nazam Clip Videohttp://www.youtube.com/watch?v=Q5l02NdeIVY


2) Aurat - Tuan Guru Nik Azizhttp://www.youtube.com/watch?v=UG_iFzfd5Oc


Tuesday, July 29, 2008

Adab-Adab Berdoa


Doa adalah senjata bagi orang mukmin. Dalam kita berdoa, ada 6 anggota yang bekerja sewaktu kita berdoa.


Anggota yang pertama ialah tangan. Selama ini bila berdoa, kita berdoa dengan tangan yang lemah longlai. Seolah-olah kita tidak bersungguh-sungguh berdoa. Oleh itu sewaktu berdoa, kita hendaklah mengangkat tangan kita dengan bersungguh-sungguh.


Anggota kedua yang terlibat sewaktu kita berdoa ialah mata kita. Cari satu titik fokus di atas tapak tangan kita sewaktu berdoa supaya kita akan fokus sewaktu berdoa.


Anggota ketiga yang bekerja sewaktu kita berdoa adalah mulut kita. Sewaktu kita berdoa, kita hendaklah melafazkan doa kita. Tidak perlu terlalu kuat tpi ukuplah sekadar telinga kita boleh mendengar.


Oleh yang demikian, anggota keempat yang terlibat ialah telinga kita.Sewaktu mulut berkata-kata telinga kita mendengar apa yang disebutkan.


Anggota kelima yang terlibat ialah otak kita. Sewaktu berdoa, otak kita perlu bekerja. Seandainya kita berdoa, "Ya Allah, Kau ampunilah dosa-dosaku..." maka kita hendaklah membayangkan dosa-dosa kita.


Anggota keenam ialah hati kita. Semasa berdoa, hati kita hendaklah ikhlas dan yakin bahawa Allah yang berkuasa ke atas tiap sesuatu dan Dia jugalah yang menetapkan setiap dari perjalanan hidup kita.

Nafsu dan Aurat



Ada kalanya kita tidak sedar, dalam keghairahan kita menasihati dan dinasihati, nafsu telah merasuk dalam kemurnian kita beragama. Sang Syaitan La'natullah menyesakkan lagi keadaan dengan menghasut kita supaya berfikir bahawa setiap apa yang kita lakukan adalah betul..tapi hakikatnya sangat dilaknati Allah.Kawallah NafsumuKita perlu kawal nafsu. Sebesar-besar jihad adalah jihad melawan hawa nafsu. Jika sekiranya kita berjaya keluar dari dominasi hawa nafsu dan syahwat ini, maka Allah menjanjikan :
Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka.


Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).(surah an-Nisa':66)


Apakah dalam ayat diatas, maksud bunuh diri adalah mengambil pisau lalu menghujamkannya ke perut? Atau mengambil racun lalu meminumnya?Bukan !Inilah kesalahan yang dapat terjadi bila kita tidak mengetahui arti yang sesungguhnya dari kata An-Nafs tersebut.Dalam ayat ini dalam Arabnya dipergunkan kata Anfus (Jamak dari An-Nafs).


Bila Al Qur'an menggunakan An-Nafs dalam bentuk jamak, ini sesungguhnya merujuk kepada jiwa-jiwa yang banyak iaitu hawa nafsu. Ini kerana bentuk hawa nafsu itu banyak. Seperti marah, sombong, ria, ujub, ingin dihormati, dsb.Namun bila An-Nafs ini dalam bentuk tunggal, ia merujuk kepada jiwa yang tunggal yaitu Nafsu Muthmainnah. Karena memang Nafsu Muthmainnah ini tunggal. Dan ini merupakan Hakikat diri manusia.Jadi, bunuhlah dirimu dalam ayat ini, sesungguhnya mempunyai maksud : Keluar dari Dominasi Hawa Nafsu. Keluar dari kampungmu dalam ayat ini bermaksud : keluar dari kampung jiwa iaitu jasad. Atau keluar dari kepungan syahwat. Bilamana seorang dapat keluar dari dominasi Hawa Nafsu dan Syahwatnya, maka sesungguhnya Allah akan menguatkan iman mereka. (sumber: kitab al-Ihya Ulumuddin)


Namun... Sangat sedikit sekali yang mahu melaksanakan. Hawa nafsu dan syahwat ini bukan dibunuh dan dihilangkan. Tetapi ia boleh dikawal!
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)."(surah an-Nazi'at:40-41)

Oleh yang demikian, kepung dan kawallah nafsumu. Biarlah penghijrahan yang baik kekal sehingga kembali kepada Sang Pencipta.Sedikit nota buat perkongsian minda:


Aurat Wanita dari Firman Allah dan Hadis-hadis Nabi


1. Bulu kening

Menurut Bukhari, "Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening."Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari


2. Kaki (tumit kaki)

"Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." An-Nur: 31Keterangan: Menampakkan kaki dan menghayunkan/melenggokkan badan mengikut hentakan kaki.


3. Wangian

"Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina."Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban


4. Dada

"Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi dada-dada mereka." An-Nur : 31


5. Gigi

"Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya."Riwayat At-Thabrani"Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah".Riwayat Bukhari dan Muslim


6. Muka dan leher

"Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu."Keterangan: Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.


7. Muka dan Tangan
Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja.”Riwayat Muslim dan Bukhari


8. Tangan

"Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya".Riwayat At Tabrani dan Baihaqi


9. Mata

"Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya." An Nur : 31Sabda Nabi SAW, "Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan seterusnya tidak dibenarkan."Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi


10. Mulut (suara)

"Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik."Al Ahzab: 32Sabda SAW, "Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi."Riwayat Ibn Majah


11. Kemaluan

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka." An Nur : 31"Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya."Riwayat Al Bazzar"Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah."Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah


12. Pakaian

"Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti."Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah"Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya."Riwayat Bukhari dan MuslimKeterangan: Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu."Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang." Al Ahzab : 5913. Rambut"Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya."Riwayat Bukhari dan Muslim

Sunday, July 27, 2008

Perjalanan Hidup 4

Tanggal 26hb julai 2008 jam 9.15pg Aku sedang menunggu Team Belia JIM Penang di Tol Sg Petani Selatan untuk pergi servay tapak program KBM Belia yang akan dibuat pada hujung minggu ini.Alhamdulillah Allah memberiku sahabat yang sedia membantu apa bila diminta.Yang bersama ialah Abg Uda,Akhi Zabri dan Ayah Chut.

Akhi Zabri sewaktu melalui jeram


Tapak yang aku pergi mengambil masa 30minit dari tol Sg Petani Selatan.Ia terletak di Damai Park Resort,Merbok. Akhi Zulfahmi sedang meredah air

"Bukannya banjir di Damai Park Resort,tetapi adat orang dahulu apabila naik atas rumah perlu basuh kaki dulu,tapi disini kita perlu basuh tayar dulu" itulah ayat yang aku dengar ketika bersembang dengan pengurus resort En Yahya Yaacob.Dalam misi aku untuk mengaturkan check point ,aku melihat ciptaan Allah yang menjadikan Alam ini begitu teliti sekali.Setelah aku habis membuat servay aku pun meneruskan perancangan untuk ke Homestay Hj Yahaya di Yan.Tujuannya untuk aku bersama didalam Daurah Intensif adik2 usrah KBM seramai 35 org.Daurah Intensif ini mmg amat bermakna untuk adik2 usrah KBM kerana pengisiannya kita bincang dengan lumat sekali.Disamping disajikan dengan ilmu fiqh thaharah dan fiqh solat mereka juga diisi dgn slot sembang KBM.

Peserta Sedang Mendengar dengan teliti


Aksi-aksi peserta daurah

Kehidupan ini penuh dengan keindahan sekiranya kita dapat merasai kebersamaan didalam kesusahan mahu pun kesenangan.